Tuesday, 31 May 2011

Velotaxi Becak Modern di Negara Maju

Velotaxi-Becak-Modern-di-Negara-Maju
Velotaxi merupakan salah satu alat transportasi umum sejenis becak (dikayuh menggunakan tenaga manusia) yang bebas polusi. Sekilas tampak depan, kendaraan ini seperti bajaj. Bentuk kendaraan roda tiga ini secara keseluruhan sangat futuristik, bisa diisi oleh dua penumpang dewasa, tanpa pintu dan jendela karena didesain terbuka di sisi kiri dan kanan. Dilengkapi dengan motor elektrik untuk membantu pengendara melintas di jalan menanjak.

Velotaxi dikembangkan dan dipergunakan pertama kali di Berlin, Jerman. Kota-kota besar di Jerman dan Eropa lainnya bahkan Jepang juga tertarik dengan konsep Velotaxi yang ramah lingkungan. Sekarang, velotaxi tak hanya dimiliki oleh kota-kota di Jerman, tetapi kota Eropa lainnya bahkan Jepang juga mulai menggunakannya. Dimulai dari Kyoto di tahun 2002, kemudian berlanjut ke Tokyo, Osaka, hingga ke Fukuoka di tahun 2006. Fukuoka menjadi kota ke-15 di Jepang yang memberlakukan Velotaxi.

Turis yang melancong ke Negara Jerman tertarik pada kendaraan velotaxi, sehingga pada musim libur seperti musim panas, penggunaan velotaxi meningkat dari hari biasanya. Di negara maju, kendaraan ini menjadikan negara tersebut lebih percaya diri untuk disebut sebagai kota metropolitan, kota yang ramah lingkungan. Bahkan, velotaxi menjadi media iklan yang efektif. Di Berlin, produk sebesar Esprit atau pusat belanja C&A pun beriklan di Velotaxi.

Becak modern ini sudah tak asing lagi bagi penduduk China, Bangladesh, Malaysia, Hongkong, Jepang, bahkan penduduk Indonesia. Kota-kota di Asia sudah terbiasa dengan becak dalam berbagai bentuk. Semula, becak beroda dua ditarik oleh orang (rickshaw), lalu berkembang dengan menambahkan satu lagi roda dan dikayuh. Jepang yang sudah mengenal rickshaw sejak abad ke-19, kini mengambil konsep rickshaw ala Jerman. Meskipun begitu, keberadaan alat transportasi umum bertenaga manusia ini masih dipertahankan di banyak negara, termasuk Malaka, Malaysia, dengan tujuan utama untuk mengangkut turis.

Salah satu koleksi Museum Sejarah Jakarta yaitu majalah Star Weekly tahun 1960 memaparkan bahwa sejak tahun 1960 becak dianggap tidak cocok lagi dengan lalu lintas modern dan bertentangan dengan pendirian masyarakat kala itu. Padahal, kenyataannya becak sungguh diperlukan warga karena bisa masuk ke pelosok. Bentuk becak di Indonesia berasal dari Tiongkok. Kata becak (betjak) juga berasal dari Tiongkok, bee (kuda) dan tja (gerobak) yang berarti kuda gerobak. Mulai memasuki Indonesia pertama kali pada awal abad ke-20 untuk keperluan mengangkut barang oleh pedagang Tionghoa. Pada tahun 1937, becak dikenal dengan nama Roda Tiga. Pada tahun 1940, kata betjak/betja/beetja mulai dikenal ketika becak mulai digunakan sebagai kendaraan umum.

Seorang antropolog Australia bernama Lea Jellinek, mengatakan bahwa hingga akhir tahun 1950, becak di Jakarta berjumlah sekitar 30.000 unit dan pada awal 1970 jumlah ini berlipat lima kali lipat. Bemo yang mulai dikenal pada 1960-an dan helicak di tahun 1970-an lambat laun menjadikan becak dianggap sebagai kendaraan kuno, terbelakang, tak modern, dan memalukan. Hingga akhirnya becak pun ditiadakan di Teluk Jakarta.

Ternyata, kendaraan yang dinilai memalukan, terbelakang, dan kuno ini tetap dipertahankan di banyak kota di negara maju yang selalu mengupayakan kendaraan ramah lingkungan. Jika tak bisa beroperasi di jalan protokol, setidaknya becak bisa kembali dihidupkan dalam rangka mempromosikan wisata di Jakarta, wisata tentang sejarah Jakarta, termasuk sejarah becak. Tidak hanya Jakarta, bahkan kota-kota lain di Indonesia seharusnya juga tetap memberdayakan penggunaan becak, agar lingkungan tetap lestari.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah memberikan komentar