Sunday 26 August 2012

Penemu Plastik Seorang Pelajar yang Cerdas

Penemu-Plastik-Seorang-Pelajar-yang-Cerdas
Tau Nggak,

Siapa penemu plastik?
Leo Hendrik Baekeland mendapat julukan penemu plastik. Baekeland merupakan seorang ahli kimia warga Amerika berkebangsaan Belgia. Baekeland lahir pada tanggal 14 November 1863 di Ghent, Belgia. Baekeland seorang pelajar yang cerdas, selain itu juga sangat suka melakukan berbagai percobaan yang disenanginya. Baekeland selalu menjadi juara kelas saat di bangku sekolah. Bahkan, sudah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) di umurnya yang ke-16. Berkat kecerdasannya, Baekeland mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Universitas Ghent. Bahkan, mampu menempuh kuliahnya selama tiga tahun, hingga menjadi sarjana saat umur 19 tahun. Pada tahun 1884, Baekeland telah mendapat gelar doktor dengan predikat maxima cumlaude di usia 21 tahun. Kemudian, mengajar di universitas tersebut sampai tahun 1889.


Bagaimana proses pembuatan plastik pertama kali?
Baekeland mulai mengadakan penelitian pada tahun 1905, dua tahun kemudian membangun sebuah laboratorium di Yonkers, New York. Pada tahun 1907, Baekeland meneliti bahan pembentuk bakelit yang nantinya dikenal dengan nama plastik. Baekeland mereaksikan dua jenis bahan kimia yang terdiri dari formaldehid (H2CO) yaitu sejenis bahan pengawet dan fenol (C6H5OH) yaitu sejenis bahan pembasmi kuman. Kemudian, memanaskannya, mengontrol suhu dan tekanannya secara cermat. Alhasil, terbentuklah suatu bahan baru yang dapat dibengkokkan, dipilin, dan dibuat berbagai bentuk. Ia menamainya bakelite (bakelit). Bakelit ini merupakan kopolimer yaitu polimer hasil reaksi monomer-monomer yang lebih dari satu jenis. Polimer merupakan senyawa dengan massa molekul besar yang terbentuk dari gabungan molekul-molekul sederhana (monomer-monomer). Penemuannya ini disebut plastik yang bersifat tahan panas atau jenis Bakelit. Nama bakelit diambil dari nama penemunya yaitu Baekeland.

Pada tahun 1910, Baekeland mendirikan pabrik plastik sekaligus menjadi direktur utama sampai tahun 1939. Awalnya plastik digunakan untuk membuat kotak radio, kancing, bola biliar, dan beberapa jenis barang lainnya. Namun, saat ini plastik sudah digunakan hampir di setiap peralatan.


Plastik bukan penemuan pertama dari Baekeland, sebelumnya penemu yang hobi bepergian dan memotret ini sudah menemukan kertas foto yang dinamakan Velox. Baekeland meninggal dunia pada tanggal 23 Februari 1944 saat usia 81 tahun di Beacon, New York, AS.

Wednesday 22 August 2012

Ruang Tamu di Indonesia tapi Dapur di Malaysia

Ruang-Tamu-di-Indonesia-tapi-Dapur-di-Malaysia-1
Tau Nggak,

Rumah siapa yang berada di perbatasan Indonesia dan Malaysia?
Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur merupakan daerah perbatasan langsung antara Indonesia dan Malaysia. Pulau Sebatik menjadi satu-satunya pulau yang terbagi dua di wilayah perbatasan. Sebatik Induk masuk Kabupaten Nunukan, Indonesia, sedangkan Sebatik Barat masuk wilayah Sabah, Malaysia. 

Sebuah rumah sederhana di Pulau Sebatik Provinsi Kalimantan Timur, menjadi sangat istimewa karena letaknya berada persis di garis patok III Desa Aji Kuning, Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Timur. Keluarga Mappangara dan Hasidah selaku penghuni rumah ini, baru menempatinya sekitar 10 tahun karena sebelumnya ditempati oleh mertuanya. Rumahnya yang mempunyai ruang tamu berukuran 3 X 4 meter masuk wilayah Indonesia, tetapi dapurnya yang berukuran 2 X 3 meter telah masuk wilayah Malaysia. Ruang tamunya yang menjorok dan tak selurus dengan rumah-rumah tetangganya, menyebabkan rumah ini terletak di dua bagian negara yang berbeda. Rumah-rumah yang berada di samping rumahnya, keseluruhan telah masuk wilayah Malaysia. Akan tetapi, keluarga Mappangara dan tetangganya tetap menjadi warga Negara Indonesia dengan mempunyai satu KTP Negara Indonesia saja, bahkan di setiap pintu rumah ditempeli stiker kecil bendera Indonesia karena memang berasal dari orang Indonesia.

Ruang-Tamu-di-Indonesia-tapi-Dapur-di-Malaysia-2
Mayoritas warga di Desa Aji Kuning merupakan warga keturunan perantau Bugis. Logatnya juga pencampuran antara dialek Bugis dan Melayu. Tak terkecuali dengan keluarga Mappangara yang seluruh keluarganya adalah keturunan Bugis yang telah puluhan tahun mendiami wilayah tersebut. Namun, sebagian keluarga Mappangara juga tinggal di Tawao, sebuah pulau yang masuk wilayah Malaysia. Tawao menjadi pilihan untuk mencari nafkah oleh sebagian keluarga di desa tersebut.

Sumber Foto : detik.com

Monday 20 August 2012

Peci Hitam Simbol Nasionalisme

Peci-Hitam-Simbol-Nasionalisme
Siapa tak kenal peci hitam atau biasa disebut dengan kopyah atau songkok, terutama di kalangan umat Islam terlebih lagi lingkungan pesantren. Namun, tak disangka penutup kepala yang terbuat beludru warna gelap dengan ketinggian 6-12 cm itu telah menjadi simbol dari Bangsa Indonesia ini. Tak lain berkat tokoh presiden pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Bahkan semua golongan pejabat kerapkali identik dengan peci hitam tersebut. Apa yang melatarbelakangi benda yang diletakkan di bagian tertinggi pada anggota tubuh ini hingga menjadi simbol dari Indonesia Raya.

Searching-searching ternyata ada yang mosting kalau terdapat proposal santunan untuk Darul Funun, didalamnya terdapat pembukaan yang menceritakan historis Darul Funun, kemudian ada sebuah paragraf yang menceritakan, salah satu founder dari Darul Funun yakni Syekh Abbas Abdullah memberikan sebuah kopiah tinggi kepada Ir. Soekarno ketika awal revolusi Indonesia dikarenakan tidak memasyarakatnya Soekarno dibandingkan kompatriotnya Moh. Hatta, dan Hatta mengusulkan agar Soekarno mengambil kepercayaan pemimpin-pemimpin gerilya dari Sumatera, dan sejak itu beliau memakai kopiah tinggi tersebut sebagai ciri khas beliau.

Peci hitam yang masih belum diklaim asal daerahnya ini identik dengan presiden Soekarno. Beranjak dewasa hingga akhir hayatnya peci itu selalu melakat dikepalanya, meskipun berkunjung ke negara-negara lain peci hitam ini tidak pernah lepas. Hingga saat ini susah sekali mencari gambar Soekarno tanpa peci hitam.

Ada juga ketika Soekarno dalam rapat Jong Java, dia memecah keheningan rapat dengan tuturnya "…Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia. Peci yang memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh para buruh bangsa Melayu, adalah asli milik rakyat kita. Menurutku, marilah kita tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka."

Itulah awal mula Soekarno mempopulerkan pemakaian peci, seperti dituturkannya dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams. Soekarno menyebut peci sebagai "ciri khas saya... simbol nasionalisme kami." Soekarno mengkombinasikan peci dengan jas dan dasi. Ini, menurut Soekarno, untuk menunjukkan kesetaraan antara bangsa Indonesia (terjajah) dan Belanda (penjajah).

Peci yang dianggap berasal dari gresik ini mempunyai keistimewaan, antaranya peci ini bisa dipakai oleh siapa saja dari berbagai golongan, suku, dan agama. Kalau dilihat dari segi modisnya peci hitam ini sangat cocok dikolaborasi dengan atribut-atribut yang sering kita gunakan saat ini seperti batik, kemeja, jeket, jas, baju busana muslim dan lain-lain. Sehingga, peci hitam tidak merusak mode dan kostum yang kita kenakan.

Namun, akhir-akhir ini, eksistensi peci hitam mengalami kemunduran, peci hitam tidak lagi sepopuler pada masa Soekarno dan tidak lagi diminati khususnya oleh kawula muda karena dianggap jadul. Tentu tidak ada yang bisa kita salahkan kecuali diri kita sendiri, sejauh mana kita telah berbuat untuk mempopulerkan atribut yang satu ini. Padahal peci hitam ini merupakan simbolis rasa cinta kita pada Negara berbendera merah putih.

Oleh karenanya, sebelum dimiliki oleh Negara lain mari budayakan untuk memakai peci hitam dan mempopulerkan pada dunia, sebelum peci khas ini direbut Bangsa lain. Peci hitam ini tak lain simbol Nasionalisme!.